Suatu hari di Negara Bagian Haryana, India, seorang gadis bernama
Shabnam diperkosa delapan laki-laki di desanya. Para kaum adam bejat ini
bahkan merekam kelakuan mereka dengan telepon seluler salah satu
tersangka.
Video itu pun menyebar hingga ke tangan ayah korban. Saking malunya dia sampai bunuh diri. Namun Shabnam tidak meratapi nasibnya sampai di situ. Dia bersama keluarga mendukungnya berjuang untuk mertabat keluarga dan meminta keadilan. Gadis itu tidak takut atau malu yang penting pelakunya mendapat ganjaran setimpal. "Saya tidak ingin pengorbanan ayah sia-sia dan supaya perempuan lain tidak bernasib serupa," ujarnya seperti dilansir news.sky.com (23/12).
Luka fisik Shabnam memang telah pulih namun ibunya, Rani, khawatir putrinya takkan sepenuhnya sembuh secara psikis dari kejadian itu. "Putri saya takut dan stres. Dia hampir tak bisa berbicara saking banyak ketakutan dalam pikirannya," kata Rani.
Puncak kemarahan rakyat India pun pecah saat lewat pekan lalu enam lelaki memperkosa seorang mahasiswi secara bergilir di atas bus tengah berjalan. Pemerintah memang menjanjikan bakal memberikan hukuman seumur hidup bagi pelakunya namun ini pun masih sekedar janji dan akhirnya memaksa warga untuk terus memantau perkembangan kasus itu.
Sembari memantau warga juga turun ke jalan untuk terus menekan pemerintah agar tidak lagi mengabaikan tingkat perkosaan memprihatinkan. Efeknya, perempuan korban kekerasan seksual ini mengandung bayi-bayi tidak diinginkan sehingga memaksa mereka untuk menggugurkan kandungannya. Ini menyebabkan populasi lelaki lebih tinggi dibanding perempuan dan Haryana contoh nyata anjloknya tatanan sosial Negeri Hindustan secara keseluruhan.
Hingga empat dekade terakhir kasus perkosaan di India sudah terjadi 24.206 kali. Angka yang fantastis dan tidak setimpal dengan penyelesaiannya terkesan lelet bahkan menguap begitu saja.
Video itu pun menyebar hingga ke tangan ayah korban. Saking malunya dia sampai bunuh diri. Namun Shabnam tidak meratapi nasibnya sampai di situ. Dia bersama keluarga mendukungnya berjuang untuk mertabat keluarga dan meminta keadilan. Gadis itu tidak takut atau malu yang penting pelakunya mendapat ganjaran setimpal. "Saya tidak ingin pengorbanan ayah sia-sia dan supaya perempuan lain tidak bernasib serupa," ujarnya seperti dilansir news.sky.com (23/12).
Luka fisik Shabnam memang telah pulih namun ibunya, Rani, khawatir putrinya takkan sepenuhnya sembuh secara psikis dari kejadian itu. "Putri saya takut dan stres. Dia hampir tak bisa berbicara saking banyak ketakutan dalam pikirannya," kata Rani.
Puncak kemarahan rakyat India pun pecah saat lewat pekan lalu enam lelaki memperkosa seorang mahasiswi secara bergilir di atas bus tengah berjalan. Pemerintah memang menjanjikan bakal memberikan hukuman seumur hidup bagi pelakunya namun ini pun masih sekedar janji dan akhirnya memaksa warga untuk terus memantau perkembangan kasus itu.
Sembari memantau warga juga turun ke jalan untuk terus menekan pemerintah agar tidak lagi mengabaikan tingkat perkosaan memprihatinkan. Efeknya, perempuan korban kekerasan seksual ini mengandung bayi-bayi tidak diinginkan sehingga memaksa mereka untuk menggugurkan kandungannya. Ini menyebabkan populasi lelaki lebih tinggi dibanding perempuan dan Haryana contoh nyata anjloknya tatanan sosial Negeri Hindustan secara keseluruhan.
Hingga empat dekade terakhir kasus perkosaan di India sudah terjadi 24.206 kali. Angka yang fantastis dan tidak setimpal dengan penyelesaiannya terkesan lelet bahkan menguap begitu saja.
[fas]
Tidak ada komentar: