Memiliki banyak harta seringkali tak membuatseseorang mensyukuri dengan apa yang didapat. Justru, memiliki banyak hartamembuat orang tersebut merasa kurang dan kekurangan. Aneh memang. Namun,tahukah Anda bahwa sebenarnya hal tersebut dikarenakan kurangnya bersedekah?Sebuah kisah menarik berikut ini dikirimkan oleh seorang sahabat kami yangmenceritakan pengalamannya tentang keistimewaan dari bersedekah. Semogaterinspirasi.
-----------
Aku wanita berumur 30 tahun. Di usia yangcukup matang, aku belum saja berkeluarga. Padahal, pencapaian karirku bisadikatakan luar biasa. Aku menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan perbankanyang cukup ternama. Masalah wajah dan penampilan, Insyaallah aku tak kurang.Dengan tubuh proporsional, kulit kuning, wajah ayu dibalut jilbab, kurasa akupantas diperebutkan. Banyak omong kosong berucap bahwa hal yang demikianmembuat para lelaki yang ingin mendekatiku menjadi minder. Tentu saja aku takpercaya. Bagaimana mungkin hal tersebut membuat para lelaki menjadi minderuntuk mendekatiku. Benar-benar tak masuk akal.
Selain bekerja, aku rutin mengikuti majelistaklim yang diadakan tiap satu minggu sekali. Di sana, aku diajarkan untukmembiasakan diri agar bersedekah. Katanya, Allah akan membalas danmelipatgandakan harta yang disedekahkan dengan balasan yang berlipat-lipat.Jujur saja, aku tidak begitu mengharapkannya, karena tujuan bersedekah untukkuadalah murni berbagi. Dan lagi, dengan materi yang kuperoleh dari kerjakerasku, insyaallah aku masih bisa hidup lebih dari kata sederhana.
Hingga saat itu tiba. Aku melihat sebuahmasjid di daerah Malang dalam tahap pembangunan. Sebuah tulisan cukup unikmembuatku turun dari mobil dan mendekati seseorang yang tengah duduk di depanmasjid. Di depan masjid itu tertulis, "Masjid dijual" bayangkan saja,masjid yang bisa dikatakan adalah rumah Allah, diperjualbelikan denganmudahnya?
Kuhampiri seorang lelaki kebapakan, kutanyakanmaksud dari tulisan tersebut. Ternyata, maksud kalimat tersebut adalah"menjual" bagian dari masjid untuk diwakafkan. Istilah singkatnya, kita"diminta" keikhlasannya untuk bersedekah untuk pembangunan masjid tersebut.Tanpa pikir panjang, aku mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan yangada di dompet. Keberikan pada bapak tersebut, kutitipkan salam dan doaku, aku mintaagar jodohku datang di saat yang tepat. Sebelumnya, aku sempat mendengar sebuahkalimat ustadz di majelis taklim mengucapkan bahwa bersedekah dapat mempercepatdatangnya jodoh. Dan, aku ingin membuktikannya.
Bukan sulap bukan sihir. Tahukah kalian apayang terjadi satu bulan berikutnya? Tak cukup satu orang pemuda datang ke rumahuntuk melamarku, melainkan tiga pemuda sekaligus. Bayangkan, tiga pemudatersebut tak hanya santun perangainya, tapi juga tampan. Subhanallah, terusterang saja, aku cukup kerepotan untuk memilih. Hingga akhirnya kuputuskanmemilih satu di antara ketiganya yang paling terbaik.
Namanya Husein. Ia seorang pegawai swastamerangkap guru mengaji di kantornya. Setiap sore, ia memberikan waktu luang dankesempatan bagi teman, bahkan atasannya untuk belajar mengaji padanya.Subhanallah, aku benar-benar merasakan buah sedekah. Bahwa, tak akan adakesulitan di balik kebiasaan rutin bersedekah. Bersedekah tidak membuat miskin,tetapi justru mengayakan. Allah... aku tak takut miskin hanya denganbersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia.
Sumber
Tidak ada komentar: